Shalat Mengugurkan Dosa Seperti Daun-daun Berguguran Di Musim Gugur


            Dari Sayyidina Abu Dzar r.a bahwasanya Baginda Rasulullah SAW pernah keluar dari rumahnya ketika musim gugur, di saat daun-daun berguguran dari pepohonan. Beliau mengambil setangkai ranting pohon, dan daun-daunnya langsung berguguran. Beliau berkata, “wahai Abu Dzar!” Sayyidina Abu Dzar r.a menyahut “labbaik! (aku siap sedia), ya Rasulullah” beliau bersabda, “sesunguhnya seorang muslim yang menunaikan shalatnya semata-mata karena Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran sebagaimana daun-daun ini berguguran dari rantingnya.” (H.R Ahmad, dari kitab At-Targhib)
Pada musim gugur, begitu banyak daun-daun berguguran dari pohonya, sehingga ada sebagian pohon yang daunya tidak tersisa sehelaipun, Baginda Nabi SAW bersabda”hasil shalat yang dikerjakan dengan ikhlas semua dosa di ampuni sehingga tidak ada satupun yang tersisah.”
Untuk dosa-dosa besar perlu bertobat secara khusus
            Ada satu hal yang perlu di renungkan, menurut para ulama berdasarkan kesimpulan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Baginda Nabi SAW, shalat dan ibadah-ibadah yang lain hanya menghapus dosa-dosa kecil, sedangkan untuk dosa-dosa besar tidak dapat diampuni tanpa bertobat secara khusus. Oleh sebab itu, selain mengerjakan shalat, hendaknya kita selalu bertaubat dan beristighfar, jangan sampai kita melalaikanya. Jika Allah SWT mengampuni dosa-dosa besar karena kemurahannya, sebab shalat kita itu perkara lain.
Dari Sayyidina Abu Utsman r.a ia berkata “Aku dan Sayyidina  Salman r.a berada dibawah sebatang pohon, lalu ia mengambil sebatang pohon, lalu ia mengambil sebatang ranting kering dari pohon itu dan mengibas-ngibaskannya sehingga daun-daunnya berguguran, ia berkata, “Hai Abu Utsman, mengapa engkau tidak bertanya kepadaku, mengapa aku berbuat begini?” aku bertanya, “mengapa engkau berbuat demikian?” ia menjawab, “beginilah Baginda Rasulullah SAW melakukannya dihadapanku ketika aku bersama beliau di bawah sebatang pohon, beliau mengambil ranting kering dan mengibas-ngibaskannya, sehingga daun-daunnya berguguran. Lalu beliau bersabda, “wahai salman mengapa kamu tidak bertanya kepadaku mengapa aku berbuat begini?” Aku bertannya, “mengapa engkau berbuat demikian?” beliau bersabda, “sesungguhnya jika seorang muslim berwudhu dengan sempurna, selanjutnya mengerjakan shalat, niscaya dosa-dosanya gugur sebagaimana daun-daun ini berguguran.” Beliau membacakan satu ayat yang artinya ‘dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan malam, sesungguhnya amal kebaikan menghapuskan kejahatan itulah nasihat bagi orang-orang yang mau menerima,’” (H.R. Ahmad, Thabarani, Nasa’i)
            Perbuatan para sahabat r.a di atas merupakan contoh kecintaan mereka kepada Baginda Nabi SAW, siapapun yang mencintai seseorang pasti akan meniru perbuatan orang yang dia cintai itu,orang yang telah merasakan manisnya cinta, tentu memahami hakikat ini dengan baik, begitu juga para sahabat r.a ketika meriwayatkan sabda-sabda Baginda Nabi SAW, sering menirukan perbuatan beliau seperti ketika beliau menyampaikannya.
            Syaikh Maulana Muhammad Yahya Rahmatullah ‘alaih memberikan dua penjelasan ketika mengajarkan bab ini
1. melakukan dosa besar adalah sesuatu yang jauh dari diri  seorang muslim. Adanya perbuatan dosa besar pada diirnya adalah perkara yang sulit terjadi, seandainya terjadi, jiwa seorang muslim tidak akan merasa tenang sebelum ia bertoubat. Jika seorang telah berbuat dosa besar, maka keislammannya akan menuntutnya untuk benar-benar menyesali perbuatannya dan ia tidak akan merasa tenang, sebelum ia mengsucikan dirinya dengan bertaubat, adapun dosa-dosa kecil, kadang kala tidak begitu di perhatikan dan di pedulikan, sehingga masih menjadi tanggungannya. Dengan shalat dan amal ibadah yang lain dosa tersebut akan di ampuni.
2. seseorang yang shalat dengan ikhlas dan menunaikan adab serta sunnahnya, berarti ia sudah berbuat dan beristighfar beberapa kali, sebab diakhir bacaan tahiyyat terdapat doa yang berbunnyi:

“wahai tuhanku sesungguhnya aku telah menganiayai diriku dengan aniaya yang banyak. Tiada yang mengampuni dosa-dosa selain engkau. Maka ampunilah aku dengan ampunan darimu dan sayangilah aku. Sesunguhnya engkaulah yang maha pengampun lagi maha penyayang.”
            Hadits di atas juga menganjurkan kita untuk menyempurnakan wudhu dengan memperhatikan adab-adab dan sunah-sunahnya, salah satu sunahnya adalah bersiwak, bersiwak adalah sunnah wudhu yang sering di abaikan, padahal di sebutkan dalam sebuah hadits, “barang siapa shalat dua rakaat dengan bersiwak lebih utama dari pada tujuh puluh rakaat tanpa bersiwak.” Dalam hadits lain, di nyatakan, “jagalah siwak karena dalam siwak terdapat sepuluh keutamaan, yaitu:
(1) membersihkan mulut, (2) menyebabkan Allah Swt ridha, (3) membuat setan marah, (4) di cintai Allah Swt dan para malaikatnya (5) menguatkan gusu, (6) menghilangkan dahak, (7) mewangikan mulut, (8) menghilangkan cairan kuning yang menganggu lambung, (9) memperjelas penglihatan , dan (10) menghilangkan bau mulut. Serta bersiwak adalah sunnah Baginda Nabi Muhammad SAW.” (dari kitab Al-Munabbihat, karya Ibnu Hajar Mkki)
            Para ulama telah mengumpulkan sampai tujuh puluh kelebihan bersiwak, salah satunya akan memudahkan kita mengucapkan syahadat ketika akan meninggaldunia. Sebaliknya, mengisap candu mengandung tujuh puluh madharat, sala satu di antaranya menyebabkan kita lupa mengucapkan kalimah syahadat ketika akan meninggal dunia. Masih banyak pahala lain jika seseorang mengerjakan sholat dengan wudhu yang sempurna. Sebuah hadits menyebutkan bahwa pada hari kiamat angota tubuh yang di basahi air wudhu akan bercahaya, dengan cahaya itulah Baginda Nabi SAW, akan mengenali umatnya secara langsung.

SUMBER : KITAB FADHILAH AMAL

Komentar

Posting Komentar